Jakarta, Experience – Warren Buffet (salah satu investor terkaya di dunia) pada tahun 2013, membuat surat wasiat yang berisi instruksi bahwa kekayaan yang ditinggalkan untuk istrinya diinvestasikan sebanyak 90% persen pada reksa dana indeks saham berbiaya rendah dan 10% persen diinvestasikan pada obligasi pemerintah.
Mengingat usia Warren Buffet dan istrinya yang ketika tahun tersebut berusia 83 tahun, tentu alokasi ini mengejutkan kalangan perencana keuangan karena besarnya alokasi pada saham yang cenderung lebih fluktuatif dengan risiko investasi yang lebih tinggi.
Namun, dengan catatan, Warren Buffet adalah salah satu orang terkaya di dunia dengan kekayaan bersih yang diperkirakan mencapai 80,5 miliar dollar AS (atau sekitar Rp. 1.194 triliun dengan kurs Rp. 14.835 per USD) pada tahun 2020. Sulselexperience.com
Padahal menurut Yulianto Aji Sadono selaku Sekretaris Perusahaan PT BEI Senin (28/9/2020) bahwa Satu persen dari kekayaan tersebut saja sudah cukup untuk biaya hidup mereka selama lebih dari 100 tahun ke depan.
Jadi, dengan alokasi 90 persen pada saham dan 10 persen pada obligasi pemerintah, walaupun terjadi gejolak pada pasar saham, seharusnya masih lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Kata Yulianto Aji Sadono
Oleh sebab itu, metode aset alokasi yang dia lakukan mungkin tidak bisa ditiru begitu saja oleh semua orang.
Sebenarnya dalam melakukan investasi dan perencanaan keuangan, ada beberapa metode yang biasa digunakan. Hal ini bergantung pada kondisi setiap orang yang berbeda-beda, tujuan investasi masing-masing, dan profil risikonya. Profil risiko pun bisa berubah seiring waktu.
Menurutnya krisis ekonomi dapat menentukan perubahan toleransi atas risiko. Ketika ekonomi dan kondisi investasi sedang baik dan pasar saham bullish, sebagian besar orang akan merasa agresif dan cenderung mengisi pilihan tingkat risiko yang ada di lembar kuesioner dengan kecenderungan yang tinggi terhadap toleransi risiko.
Sebaliknya, di saat iklim investasi melemah, si agresif bisa berubah menjadi tidak berani mengambil risiko dan bersikap berbeda atas apa yang dia pilih sebelumnya saat menentukan profil risiko dirinya.
Berdasarkan kinerja historis, terbukti ketika kondisi ekonomi sedang mengalami perlambatan dan dunia bisnis kurang begitu baik, kinerja produk berbasis obligasi menunjukkan kinerja yang lebih baik dibandingkan saham.
Dalam perjalanan investasi jangka panjangnya, seorang investor mungkin akan mengalami siklus di mana kinerja saham lebih baik dan juga siklus di mana kinerja obligasi yang lebih baik. Terang Yulianto Aji Sadono
“Untuk itu, investor bisa melakukan aset alokasi untuk mengurangi tingkat risiko.” Sebut Yulianto Aji Sadono
Tentu saja, aset alokasi ini adalah pilihan. Jika investor mantap dengan pilihan investasi dan sudah siap dengan risikonya, investor bisa tetap pada strategi yang sudah digunakannya. Tambahnya
Secara umum, profil risiko seorang investor dibagi menjadi tiga, yaitu, konservatif, moderat, dan agresif. Investor dengan kategori konservatif memiliki tingkat penerimaan risiko paling rendah (risk averse investor) alias investor yang tidak senang risiko.
Investor ini lebih menyukai investasi yang imbal hasilnya terjamin, seperti deposito. Alasan utama investor konservatif dalam berinvestasi adalah keutamaan keamanan atas modal investasinya.
“Berbeda dengan investor konservatif yang tidak menyukai risiko, investor moderat (risk neutral investor) tidak menolak dan masih bisa menerima risiko dalam batasan tertentu.” Terangnya
Investor ini cenderung berani mengambil risiko yang lebih besar, namun tetap berhati-hati dalam memilih jenis instrumen investasi dengan biasanya membatasi jumlah investasi pada instrumen yang berisiko.
Investor moderat juga menyadari risiko sebagai konsekuensi dalam mendapatkan imbal hasil yang lebih tinggi. Misalnya, mencari perolehan pendapatan berkala melalui bunga deposito dan bunga obligasi.
Investor agresif bisa dikatakan sebagai investor yang berani mengambil risiko yang lebih tinggi. Investor ini sering dijuluki risk seeker investor. Jenis pilihan profil risiko ini tentunya diperuntukan bagi Anda yang sudah dianggap mahir dan paham akan investasi.
Investor agresif pada umumnya akan mengalokasikan dananya dalam instrumen saham dan kombinasi dengan obligasi dalam komposisi yang lebih sedikit.
Dalam situasi pandemi saat ini, investor perlu melihat kembali apa profil risiko dia yang sesungguhnya. Jika masih sama dengan profil risiko sebelumnya, maka dia hanya perlu menyesuaikan kembali dengan aset investasi yang saat ini dimiliki.
Jika dia adalah seorang investor agresif, maka komposisi saham yang menurun bisa disesuaikan kembali. Sebab, umumnya investor agresif mengalokasikan antara 50-80% pada instrumen saham, dan selebihnya pada instrumen pendapatan tetap. Karena harga saham cenderung mengalami penurunan, maka investor bisa membeli kembali saham pada harga rendah saat ini, untuk menyeimbangkan portofolionya.
“Begitupun tipe moderat dan konservatif. Sesuaikan kembali alokasi portofolio Anda.” Tandas Sekretaris Perusahaan PT BEI
Saran bijak dari sejumlah perencana keuangan saat pandemi ini, alokasikan dana siaga atau dana kas yang ada di rekening anda lebih banyak di saat situasi ekonomi tengah tidak stabil.
Jika sebelumnya dana siaga misalnya hanya disediakan sebesar tiga bulan dari kebutuhan hidup bulanan, saat ini ada baiknya meningkatkan dana kas siaga sebesar 6-12 bulan kebutuhan hidup. Baru selebihnya dialokasikan untuk dana investasi. *** (TIM BEI)