Kendari, sulselexperience- Setelah menempuh perjalanan panjang Peleton Pengawal Simbol Yudha Wastu Pramukha Jaya tiba di lapangan sepak bola Korumba kelurahan Ranomeeto kecamatan Ranomeeto kabupaten Konawe Selatan, dilanjutkan dengan upacara penerimaan Simbol Yudha Wastu Pramukha Jaya dengan Irup Danrem 143/Ho, Kolonel Inf Yustinus Nono Yulianto, S.E, M.Si, Kamis (19/12).
Dalam sambutan tertulis Pangdam XIV Hasanuddin Mayjen TNI Surawahadi S.IP.,M.Si, yang dibacakan Danrem mengatakan bahwa “pada hari ini kita dapat melaksanakan upacara penerimaan peserta gerak jalan Peleton Pembawa Simbol Yudha Wastu Pramukha Jaya yang telah menyelesaikan tugasnya dengan baik dan berhasil memasuki garis finis dalam keadaan sehat walafiat dan tidak kurang suatu apapun”.
Pelaksanaan gerak jalan Peleton Pembawa Simbol Yudha Wastu Pramukha Jaya merupakan wujud penghormatan serta penghargaan terhadap jasa para pahlawan terdahulu dan lebih utama adalah nilai-nilai kejuangan yang dapat ditransformasikan pada setiap diri prajurit baik pola sikap dan perilaku yang sejalan dengan cita-cita luhur yang diwariskan para pendahulu Korps Infanteri.
Untuk diketahui bahwa tanggal 19 Desember setiap tahunnya menjadi momen terpenting dalam mengingat pengorbanan para pahlawan kusuma bangsa, saat menghadapi agresi militer Belanda II yang menduduki ibu kota Indonesia di Yogyakarta, disertai penangkapan Presiden dan Wapres RI Sukarno-Hatta dan beberapa tokoh penting lainnya.
Dalam peristiwa tersebut Panglima Besar Jenderal Sudirman mengeluarkan Perintah Kilat nomor 1/PB /D/1948 yang ditujukan kepada Angkatan Perang RI untuk menjalankan rencana sebelumya yaitu perintah siasat nomor 1/1948 tanggal 12 Juni 1948 untuk melawan musuh dengan melaksanakan perang semesta.
Sejak dikeluarkan perintah tersebut maka pertempuran meluas seluruh wilayah Indonesia, hal ini hasil penjabaran strategi yang disusun dalam perintah siasat tersebut, dimana pasukan-pasukan yang hijrah melaksanakan aksi Wingate (inflitrasi) dengan cara Long Mars kembali ke wilayah masing-masing dengan membentuk Wehrkreise (kantong-kantong kekuatan) sebagai titik-titik kuat petempuran gerilya yang biasa disebut taktik dan strategi prajurit Infanteri.
Dengan segala keterbatasan perlengkapan dan persenjataan tidak menyurutkan tekad dan semangat TKR (TNI) bersama rakyat Indonesia yang berhasil berjuang memenangkan pertempuran secara gemilang merebut kembali Yogyakarta ke pangkuan ibu pertiwi dari sinilah yang melatar belakangi peristiwa bersejarah.
Dikemudian hari diabadikan sebagai Hari Infanteri sekaligus nalak tilas long mars Peleton Yudha Wastu Pramukha Jaya dengan membawa lambang atau bendera Yudha Wastu Pramukha, 2 pucuk senjata LE dengan sangkur terhunus, isi Perintah Kilat Panglima Besar Jenderal Sudirman dan kelengkapan administrasi lainnya
Dengan harapan seluruh prajurit dapat menghayati dan mengaktualisasikan nilai patriotisme, militansi, profesionalisme sifat pantang menyerah serta kemanunggalan TNI dengan rakyat yang selaras dengan tema “HUT ke 71, Bersama Rakyat Infanteri Kuat”
Adapun isi dari Perintah Kilat Panglima Besar Jenderal Sudirman Nomor 1/PB/D/1948, yaitu :
1. Kita telah diserang. 2. Pada tanggal 19 Desember 1948 Angkatan Perang Belanda menyerang Yogyakarta dan Lapangan Terbang Maguwo. 3. Pemerintah Belanda telah membatalkan persetujuan gencatan senjata. 4. Semua Angkatan Perang menjalankan rencana yang telah ditetapkan untuk menghadapi serangan Belanda.
Turut hadir pada kegiatan tersebut, Kapolda Sultra Brigjen Pol Drs. Merdiysyam, Ka BNNP Sultra Brigjen Pol Drs. Imron Korry, Pj Sekda Sultra La Ode Ahmad Pidani Balombo serta unsur Forkopimda lainnya dan pejabat utama TNI Polri wilayah Sultra maupun tokoh agama, tokoh masyarakat dan tamu undangan lainnya.(£)
Dirgahayu ke -71 Infanteri Bersama Rakyat Infanteri Kuat, Yudha Wastu Pramukha