Kesehatan Gigi dan Pendidikan Pesisir

Experince, Makassar — Diskusi Kelautan yang digelar oleh Himpunan Mahasiswa Isl am Komisariat Ilmu dan Teknologi Kelautan (HMI Kom. ITK) Cabang Makassar Timur yang ikut berkolaborasi dengan Sikola Cendekia Pesisir dengan fasilitator diskusi oleh Nur Adha Atjo, beberapa hari lalu, selasa 12 november 2019.

Diskusi yang berlangsung di Koridor Kelautan, Universitas Hasanuddin berlangsung ramai dengan topik pembahasan “Kesehatan Gigi dan Pendidikan Pesisir”.

“Kemelaratan yang terjadi dalam masyarakat pesisir memberikan keterbatasan terhadap akses-akses terhadap fasilitas untuk penyediaan yang dimiliki. hal tersebut tentu berbanding lurus dengan kapasitas yang dimiliki oleh masyarakat pesisir, hal ini akan mempengaruhi masyarakat dalam bergerak untuk mensejahterahkan dirinya.” Kata kohati komisariat kedokteran gigi itu.

Pengaruh lainnya juga dapat menyebabkan nyeri dan sensitif utamanya jika penyakit gigi yang di derita oleh pesisir seperti biasa ditemukan karang gigi.

Karang gigi ini jika tidak ditangani dengan baik akan merusak gusi dan saraf sehingga bisa mengakibatkan pendarahan pada gusi yang mempengaruhi psikologis orang yang terserang penyakit gigi, bahkan bisa sampai membahayakan jantung. Kondisi tersebut mempengaruhi gerak aktivitas masyarakat pesisir sehingga tidak optimal dalam aktivitasnya karena terganggu dengan ketidaknyamanan persoalan sakit gigi.

Selain daripada itu sektor pendidikan anak pada wilayah pesisir menjadi penting untuk membangun generasi yang terdidik kedepannya. Minimal terjadi pengurangan angka buta
huruf serta pengetahuan tentang ilmu hitung dasar agar diketahui oleh anak pesisir.

Keterbatasan utama dalam pendidikan pesisir terdapat pada tiga faktor utama yaitu fasilitas yang dibangun untuk sekolah yang pada pulau sentra (pusat kecamatan) mengayomi
beberapa pulau sekitarnya dalam satu kecamatan, kasus ini biasanya sekolah menengah.

Faktor yang lain merupakan keterbatasan tenaga pengajar yang hanya dapat mengajar sekolah selama dua hingga lima kali dalam sebulannya. Hal ini mempengaruhi laju interaksi guru-murid sehingga transfer ilmu. Faktor ini dipengaruhi oleh guru honorer yang tidak mampu untuk memenuhi kebutuhannya dalam mengajar karena biasanya guru berasal dari pulau lain atau kota dimana gaji tidak sepadan dengan transportasi dan akomodasi yang berada di pulau.

Faktor terakhir yang mempengaruhi perkembangan pendidikan yaitu murid yang jua   memilikik lain dalam mengenyam pendidikan yang memiliki paradigma pragmatis
dalam melihat pendidikan hanya sebatas tulis, baca dan hitung sehingga meniscayakan ikut
membantu dalam rantai ekonomi nelayan secara lebih cepat merupakan prioritas utama oleh anak pesisir.

Pendidikan dan kesehatan yang khusunya kesehatan gigi merupakan monitoring jangka panjang karena sangat menunjang kesejahteraan masyarakat pesisir, disisi lain dalam contoh pemberdayaan yang telah dilakukan oleh Sikola Cendekia Pesisir (SCP) memberikan gambaran tentang pembagian pemberdayaan masyarakat dalam 4 pilarnya yaitu Pendidikan, Kesehatan, Lingkungan dan Pemberdayaan Masyarakat.

Dimana pemberdayaan ini membantu masyarakat untuk turut serta dalam membangun ekonomi kerakyatan serta pengelolaan lingkungan selain dari pilar utama pendidikan yang dilaukan pada tiga pulau binaan yaitu Langkai, Bonetambung, dan Pajeknekang. Pemberdayaan dilakukan secara berkala dan digerakkan secara kolektif dengan evaluasi kegiatan yang terus menerus.

Kebijakan pemerintah masih perlu kajian strategis dalam penempatan kebijakan utamanya dalam kesehatan dan pendidikan. Kebutuhan untuk lebih tepat dalam strategi dan mengerti akan kondisi masyarakat tidaklah dapat menyamakan sistem antara keruwetan perkotaan dan aktivitas masyarakat kepulauan.

Harapannya dalam diskusi semoga seluruh gerak kemanusiaan tertuju yang melahirkan gerak sinergis bersama untuk ikut serta dalam pengabdian masyarakat pesisir, laut dan pulau-pulau kecil.

Pengabdian dalam masyarakat perlu dirancang sebaik mungkin serta melihat respon baik dalam masyarakat. “Kita tidak bisa mendidik dan mengubah masyarakat jika masyarakatnya sendiri tidak ingin untuk berkembang” kata gadis asal pare-pare itu, (Netizen).

Pos terkait

Tinggalkan Balasan