Gowa, sulselexperience ,com- Di depan ratusan peserta Pendidikan dan Latihan (Diklat) Refresing Dai dan Pelatihan Mubaligh, Staf Ahli Pangdam XIV/Hasanuddin bidang Ideologi dan Politik, Kolonel Czi Ade Heri Kurniawan sebagai salah satu narasumbernya.
Kegiatan yang diselenggarakan oleh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulawesi Selatan berlangsung selama 3 hari mulai 17-19 Januari 2020 melibatkan peserta Muballigh dari 3 Kabupaten/Kota di Sulawesi Selatan yang tergabung dalam zona rayon 1 yakni Kabupaten Takalar, Gowa dan Kota Makassar, bertempat di Balai Diklat Unismuh, Bolangi, Kecamatan. Pattalasang, Kabupaten Gowa. Sabtu, (18/01/2020).
Pada kesempatan tersebut Kolonel Ade selaku salah satu Pemateri memberikan materi dengan judul “Benturan Ideologi, Radikalisme dan Strategi Pertahanan Negara”.
Kegiatan ini diikuti kurang lebih 120 orang terdiri dari utusan Unismuh, Pendidikan Ulama Tarjih, utusan Pengurus Daerah Muhammadiyah (PDM) Gowa, utusan PDM Takalar dan utusan PDM Kota Makassar.
Menurut Ketua Majelis Tabligh pimpinan wilayah Muhammadiyah, Dr. Dahlan Lama Bawa, M.Ag, mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan refresing dai dan pelatihan mubaligh bertemakan “Selamatkan Ummat” dengan tujuan merespon kondisi keummatan dan kebangsaan yang aktual.
Menurut Kolonel Ade terdapat dua jenis dimensi ancaman yang dihadapi oleh Indonesia dewasa ini. Ancaman tersebut yaitu perang terbuka atau konvensional serta ancaman terorisme dan radikalisme.
“Perang terbuka atau konvensional antar negara saat ini mungkin saja terjadi. Meskipun, ancaman ini terbilang masih sangat kecil. Tetapi, tetap harus dipersiapkan karena sewaktu-waktu dapat berubah menjadi ancaman nyata apabila Keutuhan dan Kedaulatan serta keselamatan Bangsa dan Negara terganggu” jelasnya. “Adapun ancaman terorisme dan radikalisme, separatisme dan pemberontakan bersenjata, bencana alam serta lingkungan, merupakan ancaman nyata yang saat ini sedang dihadapi bangsa Indonesia. Selain itu, pelanggaran wilayah perbatasan, perompakan dan pencurian Sumber Daya Alam, dampak perang ekonomi, perang siber dan Intelijen serta peredaran dan penyalahgunaan Narkoba harus diwaspadai.
“Ancaman non fisik menjadi tantangan yang harus dicermati khususnya serangan ideologis dengan kekuatan soft power yang berupaya untuk merusak mindset dan jati diri bangsa Indonesia. Serangan Ideologis inilah, yang sering disebut dengan istilah perang modern atau istilah saat ini proxy war, jenis perang baru tanpa perlu berhadapan secara fisik yang dilaksanakan melalui upaya sistemik guna melemahkan dan menghancurkan benteng ideologi suatu bangsa” papar Kolonel Ade.
Pengamalan dan penghayatan Pancasila merupakan daya tangkal yang dapat mereduksi berbagai indoktrinasi paham dan budaya dari luar yang tidak sejalan dengan nilai-nilai kehidupan berbangsa dan bernegara (£)