Experience, Maros – Proyek Com-mA menyelenggarakan pelatihan pemetaan dan pengenalan tanaman bersama masyarakat lokal di Dusun Satoa, Desa Pattiro Deceng, Camba, Maros pada hari Sabtu-Minggu, 1 – 2 Oktober 2022. Proyek ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan desain bersama dengan masyarakat lokal untuk pengelolaan pertanian berkelanjutan dan solusi konservasi hutan.
Proyek ini dukung oleh YSEALI dan US Embassy Bandar Seri Begawan dan diorganisir oleh Biji-Biji, Mereka, serta BIG BWN Project. Entitas yang turut berkolaborasi terdiri atas Pemerintah Desa Pattiro Deceng, Fauna and Flora International (FFI), Agrowth, Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), HASC, Dapur Hijau, dan Kampoeng Ce’de.
Pada kesempatan ini, beberapa pihak memberikan sambutan dalam acara pembukaan. Kepala Desa Pattiro Deceng, Abdul Kadir menyampaikan bahwa meskipun warga punya lahan pertanian sebagai mata pencaharian utama, akan tetapi, lahan hutan juga harus diperhatikan dengan cara konservasi, sehingga ada keberlangsungan yang hasilnya bisa dinikmati apa yang kita lakukan hari ini. Dengan adanya kegiatan ini, mudah-mudahan ada sesuatu yg bisa dipetik, ada yang bisa diterapkan di masyarakat dan bisa berguna untuk desa Pattiro Deceng.
“Kami berterima kasih kepada seluruh tim yang telah menginisiasi pertemuan ini. Saya selaku pemerintah desa memfasilitasi kita yang ada kaitannya dengan pemberdayaan karena ini sangat membantu kami juga di pemerintah desa” ungkapnya.
Terkait penanaman pohon, Kepala Resort Cabang Camba, Ramli Al-Barrui menyatakan mampu memfasilitasi pengadaan bibit pohon atau tanaman mengingat Maros memiliki persemaian permanenen pada Balai Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) dimana bibit tersedia secara gratis. Tapi, syaratnya harus ada kelompok untuk bisa mengakses kawasan. Bukan untuk menebang, tapi untuk mendapatkan hasil hutan bukan kayu seperti buah-buahan umbi-umbian, getah, dapat diperoleh dengan akses legal.
Pihak Fauna and Flora International (FFI), Arif, menyampaikan bahwa FFI kerjasama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dimana ruang lingkupnya salah satunya pendampingan masyarakat yang ada di dalam atau di sekitar kawasan konservasi.
“Bersama dengan teman-teman com-mA, proyek dua hari ini kita akan belajar bersama-sama masyarakat untuk mengetahui bagaimana pengelolaan kawasan hutan yang berkelanjutan. Harapannya, kegiatan yang seperti ini akan melibatkan stakeholder dan masyarakat di desa Pattiro Deceng bisa menjadi langkah awal dalam melakukan kerja-kerja kolektif kedepannya”, tambah Arif.
Kegiatan pada hari pertama mengundang Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), dan Fauna and Flora International (FFI) sebagai pemateri dan pendamping dalam diskusi grup. Imran Saputra HKTI memaparkan materi terkait Budidaya dan Pengolahan Indigofera Sebagai Pakan Ternak Berkualitas. Sedangkan, Asfrianto sebagai pembicara dari FFI memfasilitasi proses diskusi bersama masyarakat untuk mengidentifikasi jenis tanaman dan menganalisis potensi desa berbasis spasial. Peserta berjumlah tiga puluh tiga (33) orang yang berasal dari warga desa setempat menyambut baik kegiatan ini.
Kegiatan inti yang dilaksanakan pada hari kedua adalah simulasi pemetaan partisipatif didampingi oleh para fasilitator. Sebelum turun ke lapangan, dilaksanakan briefing terkait teknis penggunaan aplikasi pemetaan lahan. Pada kesempatan ini, Project manager FFI, Fardi Ali, menyampaikan bahwa melakukan pendampingan di kelompok masyarakat diharapkan tercipta keberlanjutan.
Oleh karena itu, menjaga flora dan fauna bukan hanya menjadi tugas FFI dan balai tapi juga tugas masyarakat. Setelah itu, fasilitator bersama warga turun ke lapangan melakukan simulasi pemetaan partisipatif.
Pihak com-mA berharap bisa membantu para warga untuk ajukan bibit ke BPTH terkait tanaman apa yang cocok untuk ditanam. Proyek ini harapannya bisa menghasilkan kegiatan yang berkelanjutan dan menghasilkan nilai ekonomi. (**/Anchank)