Sulbar, Experience – Curhatan hati seorang guru produktif disalah satu SMK di Sulbar menyampaikan fakta dan aspirasi guru guru kepada Pengurus Pusat (IGI) Ikatan Guru Indonesia dalam room group Whatsaap
Kepada Muhammad Ramli Rahim selaku Ketua Umum PP IGI, sang guru SMK produktif tersebut memaparkan bahwa SMK di Sulbar sangatlah minim pemberian pelatihan pengembangan kompetensi profesional baik oleh pemprov maupun kementrian.
Akibatnya para guru SMK tersebut akhirnya lebih banyak menghabiskan waktu untuk mencari solusi ketika gagal bereksperimen saat belajar otodidak. Tandas sang guru melalui percakapan via group IGI.
“Tak banyak hal yang dapat kami lalukan untuk membuat siswa kompeten” inbuh guru SMK di Sulbar. sulselexperience.com
Lanjut keinginan mereka untuk meningkatkan kompetensi amatlah besar akan tetapi kebanyakan pelatihan yang diselenggarakan adalah pelatihan pedagogik, yang anggaran pelatihannya sampai ratusan milya per tahun yang diselengaraakan LPMP. Keluh kesah sang guru
“Sebetulnya tanpa pelatihanpun kami bisa mengaksesnya lalu menguasai materinya”. Sambungnya
Oleh karena itu sangat besar harapan kami kepada PP IGI dapat agar sekiranya dapat meneruskan usulan ke kementrian karena kami tak punya akases untuk menyampaikan langsung harapnya.
“Kami berharap akan adanya program pelatihan kompetensi profesional bagi guru guru produktif, dimana setiap sekolah diwakili 2 atau 3 orang guru produktif untuk diberi pelatihan pengusaan kompetensi profesional secara maksimal. Pintanya
Selanjutnya guru yang telah dilatih bertugas melatih guru disekolah dan jurusannya masing masing sebagai bentuk sharing and growing untuk meningkatkan kompetensi profesional guru produktif disekolah masing. Tambahnya
Dalam percakapan lain salah satu pengurus IGI menanggapi pesimis bahwa ap yang dibutuhkan dari kawan- kawan, kompetensi profesional itu kan banyak sebetulnya, kalu mau berlatih mandiri sesuai kebutuhan kan bisa kenapa harus nunggu juga, IGI punya banyak pakar, tinggal pilih.
Kalau soal 2-3 orang guru dilatih dan rencana mengimbaskan ke teman – teman yang lain di sekolah, kayaknya nggak yakin deh, guman Eko dalam percakapan
“Di IGI itu kan ada Pak Kholiq, Pak Sukari dkk, yang saya pingin belajar juga belum ketemu waktu yang tepat karena selisih jadwal kegiatan”.
Di SEAMEO-SEAMOLEC itu juga sering
ada diklat baik tapka ataupun daring,
bisa dilakukan sesuai kebutuhan
Beberapa waktu yang lalu saya juga
memandu anak-anak SMK dari Jakarta
dan Kalteng belajar daring. Paparnya
Menanggapi curhatan sang guru produktiv tersebut Ketua Umum PP IGI Muhammad Ramli Rahim Minggu (9/2/2020) menyebut bahwa guru produktif memang sangat menyedihkan kondisinya sejak dari hulu sampai hilir.
Dirinya mempertegas bahwa apa yang dipaparkan guru SMK produktif di Sulbar tersebut akan jadi langkah guna menyadarkan pemerintah dengan kondisi ini.
“Makanya istilah SMK Sastra itu menjadi tenar” kata Muhammad Ramli Rahim
Akan tetapi IGI butuh diberi legitimasi sebagai institusi atau organisasi resmi yang menyelenggarakan pelatihan. Tapi menurut ketum IGI tak perlu kasi duit kalau nggak punya duit.
Berulang kali saya minta sama pak Ono tapi beliau bersikukuh ke MGMP dan KKG
Prediksi hasilnya sebenarnya sudah saya sampaikan sebelumnya bahwa MGMP dan KKG memang ada yang bagus tapi mayoritas seperti arisan, bukan peningkatan kompetensi.
“Lebih penting konsumsi dibanding materi” tutur Ketua Umum Pengurus IGI Pusat. (*/)