Oleh: Ir. Azhar A. Mattone, MP.
Pemerhati Pariwisata dan Lingkungan Universitas Islam Makassar
PERINGATAN World Tourism Day tahun ini memberi pesan yang menyentuh kesadaran kita semua. Pariwisata tidak lagi boleh dipandang semata sebagai aktivitas perjalanan untuk bersenang-senang, melainkan sebagai bagian dari tanggung jawab besar dalam menjaga bumi. Tema tahun ini mengingatkan kita bahwa industri pariwisata harus bertransformasi dari perusak menjadi penjaga alam.
Kita semua sadar bahwa bumi tidak bisa terus-menerus dieksploitasi. Transportasi yang menghasilkan emisi, pembangunan yang mengabaikan daya dukung lingkungan, dan aktivitas wisata yang merusak ekosistem akan berujung pada kerusakan yang diwariskan ke generasi mendatang.
Karena itu, pariwisata harus mulai berkontribusi nyata dalam mengurangi jejak karbon, melestarikan keanekaragaman hayati, dan menggunakan sumber daya secara bijak. Dengan cara ini, pariwisata tidak hanya memberi pengalaman bagi wisatawan, tetapi juga menjadi kekuatan yang ikut melindungi kehidupan.
Lebih jauh lagi, tema tahun ini menekankan perubahan paradigma. Selama ini pariwisata sering dianggap hanya “mengambil” dari alam dan masyarakat lokal. Kini, saatnya pariwisata “memberi kembali” dan bahkan memulihkan apa yang sudah rusak.
Pariwisata yang kita bangun bersama harus tangguh menghadapi perubahan iklim, inklusif bagi semua lapisan masyarakat, dan regeneratif bagi bumi. Dengan begitu, hasilnya tidak hanya dinikmati sekarang, tetapi juga diwariskan kepada anak cucu kita.
Nuansa yang kuat dari pesan ini adalah tanggung jawab bersama sebagai warga planet. Tidak ada satu pun pihak yang bisa lepas tangan. Pemerintah, pelaku usaha, akademisi, wisatawan, dan masyarakat lokal semuanya punya peran. Kita hanya memiliki satu rumah: bumi. Maka menjaga dan melestarikannya adalah jalan satu-satunya jika kita ingin masa depan tetap cerah. Seperti kata bijak, “Let’s preserve and cherish our planet for our children and grandchildren. Let’s protect the only home we have for our children and grandchildren.”
Pada akhirnya, pariwisata tidak boleh lagi sekadar mengejar keuntungan jangka pendek. Ia harus tampil sebagai pelindung, penggerak, dan pemulih. Dengan semangat itu, pariwisata dapat menjadi kebanggaan, bukan beban, bagi generasi yang akan datang. (*\)