SulselExprience com, Makassar – PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) bersama mitra strategis produsen crane yang memiliki komitmen untuk membangun crane di Indonesia melakukan penandatangan memorundum of understanding (MoU) terkait rencana pengadaan peralatan pelabuhan berupa crane melalui skema pembangunan dalam negeri.
Penandatangan MoU ini dilakukan oleh Direktur Teknik PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero), Prakosa Hadi Takariyanto, bersama Direktur Utama PT Equiport Inti Indonesia (anak usaha PT Pelindo IV), Muhammad Ayub Rizal, Senior Vice President, BU Port Cranes, Jussi Rautiainen dan Senior Vice President, BU Solutions, Mikko Lepistö, mewakili Konecranes Finland Corporation, Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero), Silmy Karim, Direktur Utama PT Barata Indonesia (Persero), Fajar Harry Sampurno, Direktur Utama PT Bakrie Metal Industries, R. Atok Hendrayanto Tejolaksono, Direktur Utama PT Gunanusa Utama Fabricators, Eddy Riyanto dan Direktur Utama PT Wijaya Karya Industri & Konstruksi, Dwi Johardian, di Hotel Mulia Senayan, Jakarta, Senin (14 Juni 2021).
Dalam sambutan Direktur Utama PT Pelindo IV, Prasetyadi, yang dibacakan Direktur Teknik PT Pelindo IV, Prakosa Hadi Takariyanto, disampaikan tentang arahan pemerintah mengenai pentingnya dukungan terhadap pemulihan dan keberlangsungan perekonomian nasional, utamanya dalam kondisi pandemi yang hingga saat ini masih berlangsung dan melumpuhkan sebagian besar perekonomian masyarakat.
“Untuk mengatasi hal ini, pemerintah mendorong penerapan kebijakan terkait pemulihan ekonomi dengan pengoptimalan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) terhadap proyek strategis dan pada produksi manufaktur di Indonesia. Upaya ini guna memacu produktivitas dan daya saing industri nasional di tengah kondisi perdagangan dunia yang belum membaik,” terangnya.
Lebih lanjut dikatakan, PT Pelindo IV sebagai salah satu BUMN di Indonesia berkewajiban untuk mendukung program pemulihan ekonomi nasional dan menginisiasi pemberdayaan perusahaan nasional yang terlibat dalam kegiatan operasional di pelabuhan, khususnya dalam proses pengadaan alat.
“Kami menyadari bahwa inisiasi kami tidak akan mungkin dapat berjalan tanpa melibatkan berbagai pihak baik dari kalangan sesama BUMN, BUMS dan perusahaan manufaktur yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, kita semua berada di acara [penandatanganan MoU] ini untuk menindaklanjuti inisiasi pemberdayaan perusahaan nasional dalam pengadaan alat pelabuhan dengan membentuk komitmen bersama untuk bersinergi dalam peningkatan penggunaan kandungan material lokal dan efisiensi biaya dalam pengadaan alat khususnya untuk kegiatan handling peti kemas atau crane,” bebernya.
Pihaknya juga mengapresiasi antusiasme dan dukungan yang diberikan kepada Pelindo IV untuk menyukseskan rencana kerja sama ini. Menurut Prasetyadi, pengadaan alat berupa crane ini sangat diperlukan karena saat ini Pelindo IV memiliki program-program pengembangan pelabuhan di beberapa wilayah kerja yang sebagian juga masuk dalam program strategis pemerintah.
Diharapkan dengan adanya pemberdayaan industri dalam negeri dengan peningkatan kandungan lokal ini, akan dapat mengurangi ketergantungan terhadap produk impor dan juga menjadi penggerak ekonomi dalam negeri serta menambah lapangan kerja bagi masyarakat Indonesia.
“Semoga inisiasi kerja sama dan sinergi ini dapat dilaksanakan secara berkesinambungan dan menjadi pemicu bagi perusahaan-perusahaan lain di berbagai bidang untuk melakukan hal serupa, sehingga produk dalam negeri akan semakin meningkat produktivitas dan daya saingnya,” tukas Prakosa.
Sementara itu, Senior Manager (SM) Peralatan Pelabuhan PT Pelindo IV, Muhajir Djurumiah mengutarakan bahwa penandatangan nota kesepahaman tersebut merupakan tindak lanjut dari rencana pembangunan crane di dalam negeri. “Di mana Pelindo IV nantinya sebagai pembeli untuk memenuhi kebutuhan perusahaan dengan memberdayakan industri nasional,” ujarnya.
Dia menuturkan, selama ini untuk memenuhi kebutuhan crane pihaknya melakukan impor dan itu nilainya cukup besar. Sehingga melalui konsorsium beberapa BUMN dan Badan Usaha Nasional lainnya, mulai tahun ini akan dilakukan pembangunan crane di dalam negeri.
Muhajir berujar, selain sebagai bentuk sinergi, dampaknya kedepan adalah memberdayakan industri nasional dan juga bisa meningkatkan lapangan kerja. Selain itu, mengurangi ketergantungan terhadap impor, meningkatkan daya saing industri nasional, keberpihakan terhadap produk dalam negeri, serta juga untuk transfer knowledge.
Menurutnya, selain container crane (CC), RTG (Rubber Tyred Gantry) Crane juga merupakan kebutuhan utama di pelabuhan. “Kalau truk kan rerata sudah produksi dalam negeri.”
Disebutkan, pada tahap awal nanti Pelindo IV akan melakukan pembelian sebanyak 10 unit crane untuk memenuhi kebutuhan di Makassar New Port (MNP) yang akan mulai beroperasi penuh pada 2023 mendatang. Selanjutnya juga untuk memenuhi kebutuhan CC di pelabuhan kelolaan lainnya.
Selain 10 unit CC, BUMN operator pelabuhan ini juga membutuhkan 24 unit RTG crane untuk pengoperasian penuh MNP jika pembangunannya sudah rampung semua.
Dia berharap, inisiatif yang dimulai oleh PT Pelindo IV ini juga bisa menjadi pemicu bagi perusahaan yang lain untuk ikut juga memikirkan bagaimana memberdayakan industri nasional dengan mengurangi impor atau membeli produk dalam negeri.
“Adapun keterlibatan anak usaha Pelindo IV karena selama ini PT Equiport Inti Indonesia yang melakukan layanan purna jual terhadap semua peralatan pelabuhan yang dimiliki oleh Perseroan,” ucap Muhajir.