MAKASSAR — Kelompok Anak Pelangi (K-apel) mengadakan Sekolah Menulis dengan menghadirkan Rusdin Tompo, yang dikenal sebagai penulis dan editor buku. Sekolah Menulis ini diikuti sekira 20an peserta, di antaranya berstatus pelajar dan mahasiswa. Kegiatan yang diadakan sebagai bagian dari gerakan Literasi Anak Juleha (Juara Sholeh Shohah) ini bertempat di Kopi Soe, Jalan Daeng Tata, Makassar, Sabtu (17/10/2020).
Tema Sekolah Menulis yang pertama kali diadakan oleh K-apel ini adalah dokumentasikan pikiranmu agar tidak termakan oleh usiamu. Rahman Rumaday, founder K-apel, mengatakan pilihan lokasi kegiatan di tempat ini karena dipenuhi buku-buku. Biar peserta termotivasi dan mendapat inspirasi dari buku-buku yang dilihatnya.
“Tujuan Sekolah Menulis ini untuk menggali potensi setiap orang agar didokumentasikan dalam bentuk buku,” beber pria berkaca mata yang akrab disapa Maman itu.
Sebagai fasilitator, Rusdin Tompo, mengakui ada banyak pengalaman dan pemikiran yang menarik dari setiap orang. Sayangnya, kerap pengalaman dan pemikiran itu berlalu begitu saja, kemudian terlupan seiring berjalannya waktu. Padahal kalau ditulis dan dibukukan bisa jadi pembelajaran dan inspirasi bagi orang lain.
“Menulis adalah cara kita beramal jariah, melalui ilmu yang bermanfaat,” ujar lelaki yang namanya masuk dalam buku Apa dan Siapa Penyair Indonesia, terbitan Yayasan Hari Puisi, Jakarta, itu.
Karena itu, Rusdin Tompo, yang sudah menerbitkan puluhan buku, baik sebagai penulis maupun editor, memberikan motivasi agar peserta berani menuangkan pikiran, perasaan dan pengalaman mereka dalam bentuk tulisan. Mantan Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Sulsel, menekankan agar menulis saja dulu, nanti perbaikan, koreksi atau penyuntingannya bisa dilakukan setelah itu. Termasuk untuk pengembangan tulisan dengan menambah data dan referensi yang, menurutnya, bisa dilakukan belakangan.
Dalam pelatihan yang dilakukan sehari ini, Rusdin Tompo banyak memberikan kiat-kiat menulis praktis tanpa harus dibebani beragam teori. Dia juga memberikan solusi bagaimana ketika seorang menghadapi kebuntuan ide, sehingga tak melanjutkan tulisannya. Menurutnya, kegiatan membaca, rekreasi dan berdiskusi dengan teman bisa membantu menyegarkan kembali pikiran untuk melanjutkan tulisan
“Jadikan tulisan-tulisan yang tertunda itu sebagai bank data dan modal untuk kita lanjutkan kegiatan menulis,” katanya memberi tips.
Heri Rusmana, pustakawan senior pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan(DPK) Provinsi Sulawesi Selatan, di antaranya ikut sebagai peserta. Dia bercerita tentang pengalamannya menulis artikel dan buku. Katanya, kalau kita sungguh-sungguh, maka tulisan bisa dirampungkan dalam waktu relatif singkat. Meski diakui, dalam menulis perlu seseorang sebagai teman diskusi atau yang nanti berperan sebagai editor.
Beberapa peserta memang mengakui sering kali kehabisan kata-kata atau materi untuk pengembangan tulisan. Rusdin Tompo menyarankan agar tulisan-tulisan itu jangan dihapus atau dibuang. Bisa jadi, nanti diperlukan ketika ada momen atau isu aktual yang bisa memantik kita melanjutkan tulisan tersebut. Bahkan, ketika tulisan kita belum punya judul, lanjutkan saja. Judul bisa dibikin setelah tulisan kita rampung.
Di akhir kegiatan, peserta menyepakati untuk membuat buku kumpulan tulisan yang berkisah tentang pengalaman mereka selama pandemi Covid-19. Jadi, masing-masing peserta akan menulis sesuai latar belakangnya. Misalnya, pelajar, mahasiswa, atau pekerja akan menulis tentang dampak pandemi terhadap aktivitas atau kehidupannya. Buku bunga rampai tulisan tersebut rencananya akan diterbitkan pada Desember 2020 nanti.
Ketua K-apel, Rezky Amelia Syafiin, sebelum menutup Sekolah Penulis Komunitas Anak Pelangi menyemangati peserta dengan mengatakan bahwa jika kita punya niat baik maka alam semesta akan mendukungnya. Rezky Amelia, yang merupakan Duta Baca Sulsel tersebut, menyambut baik rencana membukukan pengalaman selama pandemi, karena akan jadi produk nyata dari Sekolah Menulis ini.(*)